Pengukuhan Profesor Vince Lumban Gaol, Anak dan Cucu dari Boru Banjarnahor
Pekanbaru, Indonesia-Di Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh, di awal-awal 1960-an ada satu rumah yang tengah dibangun. Milik seorang pria dengan isteri muda bernama Minah yang akrab disapa Cik Minah.
Lahan yang bakal dibangun rumah itu termasuk luas. Sudah diatap dan dipagar sekelilingnya. Tapi yang dibangun baru satu kamar, cukup untuk ditempati Cik Minah dan suami yang namanya tidak diketahui, yang jarang berada di tempat Minah. Kalau pun suami wanita muda itu pulang, paling hanya “seperlunya” saja. Praktis, sehari-harinya Cik Minah biasa dengan kesendiriannya.
Di sekitar kamar Minah, material bangunan masih berserakan di sana-sini. Di dalam pagar itu, di atas tanah juga terletak beberapa tiang bangunan. Yang bakal digunakan untuk pembangunan selanjutnya.
Alkisah, ada pasangan muda datang dari Kota Medan merantau ke Banda Aceh. Datang ke rumah Minah minta tolong agar diizinkan menumpang tinggal di situ. Anggiat Lumban Gaol beserta isteri, Ruslan Boru (marga perempuan) Banjarnahor yang tengah hamil sambil menggendong si sulung anak laki-lakinya yang belum berumur satu tahun dengan senang hati diterima Minah.
Anggiat maupun isterinya lahir di Bakkara, Kecamatan Bakti Raja, Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas), Provinsi Sumatera Utara (Sumut). Anggiat merupakan anak dari pasangan Iskander Lumban Gaol dan Boru Banjarnahor.
Kehadiran Ruslan membuat Minah memiliki teman. Persahabatan sesama ibu muda itu kian kental. Keseharian Minah tidak lagi sepi.
Lahan yang masih kosong di dalam pagar rumah dibenahi oleh Anggiat. Di atas tanah, tiang-tiang bangunan direbahkan sedemikian rupa agar merata. Di atas tiang-tiang bangunan itu pun digelar tikar. Di situlah pria pengangguran yang merantau dari Medan beserta keluarganya tinggal.
Tepat pada magrib, 28 Juli 1963, Ruslan pun melahirkan bayi cantik di atas rebahan tiang-tiang bangunan berlantai tanah itu.
Ruslan Banjarnahor yang bergelar Ompu Ombas mengisahkan hal itu kepada dataprosa.com, baru-baru ini di kediamannya, di Pekanbaru.
Enam puluh tahun kemudian, tepatnya Rabu pagi, 1 November 2023, bayi cantik tadi yang bernama Vince Ratnawati dikukuhkan sebagai Guru Besar (Profesor), Bidang Ilmu Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Riau (FEB Unri), di Pekanbaru, Provinsi Riau.
Selain Vince, disaksikan Rektor Sri Indarti, pengukuhan dilaksanakan Ketua Senat Universitas Riau (Unri) Zulkarnaini terhadap 12 Guru Besar (Profesor) lainnya dari pelbagai disiplin ilmu. Acara pengukuhan dimulai pukul 08.00 WIB.
Dari 13 profesor yang membacakan orasi ilmiah, Vince berada di urutan pertama.
Peran Wajib Pajak & Fiskus
Sesuai dengan judulnya, pada orasi ilmiah yang dibacanya Vince menelisik tentang Peran Wajib Pajak & Fiskus.
Vince menyebut, pemenuhan realisasi penerimaan pajak merupakan isu yang sangat penting karena sebagian besar sumber pendanaan dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) bersumber dari penerimaan pajak.
Oleh karena itu, kata Vince, pemerintah perlu memberikan perhatian yang serius terhadap upaya-upaya yang dilakukan terhadap optimalisasi penerimaan pajak. Optimalisasi penerimaan pajak tersebut dipengaruhi baik oleh kapasitas sumberdaya aparat pajak maupun tingkat kepatuhan wajib pajak itu sendiri.
“Faktor yang dapat memengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak adalah faktor internal dan faktor eksternal. Orasi ilmiah ini menyoroti faktor eksternal antara lain upaya yang dilakukan pemerintah, yaitu pemberian insentif pajak kepada wajib pajak, dan faktor internal antara lain adalah faktor postur motivasi dan wajib pajak tersebut. Tujuan pemberian insentif pajak ini adalah sebagai wujud dukungan bagi program penguatan kesehatan masyarakat dan mempercepat pemulihan ekonomi nasional dengan tetap memperhatikan kapasitas fiskal. Pemberian insentif pajak ini terbukti dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Sedangkan postur motivasi pajak yang berorientasi positif akan meningkatkan kepatuhan wajib pajak,” ujarnya.
Menurut Guru Besar yang pernah menempuh pendidikan di SD Pendidikan Sekolah Minangkabau (PSM), Bukit Tinggi ini selain dari wajib pajak itu sendiri, fiskus atau aparat pajak juga memegang peranan yang juga cukup penting. Untuk dapat menggali potensi pajak dari wajib pajak diperlukan aparat pajak yang mumpuni di bidangnya.
Dia menambahkan, orientasi locus of control (LoC) wajib pajak memengaruhi seberapa patuh wajib pajak tersebut menjalankan kewajiban perpajakannya. Wajib pajak yang mempunyai orientasi LoC internal lebih mempunyai kemampuan menggali potensi lebih baik dibandingkan dengan LoC berorientasi eksternal.
Profesor wanita bermarga Lumban Gaol, itu menilai, profesionalitas yang tinggi, kompetensi yang baik, komitmen organisasi yang tinggi, serta tingkat kepuasan kerja aparat pajak yang tinggi akan meningkatkan kinerja pemeriksa pajak. Tetapi, ucap Vince, tingkat stres kerja yang tinggi akan menurunkan kinerja mereka.
“Hasil penelitian terdahulu memberikan ruang kepada penelitian selanjutnya juga untuk mempertimbangkan bahwa tidak dijalankannya kewajiban perpajakan bukan karena tidak patuh, melainkan karena mereka kurang menguasai peraturan perpajakan yang selalu berkembang dan berubah. Untuk itu penelitian selanjutnya perlu mempertimbangkan tentang peran konsultan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak,” paparnya.
Miliki 107 profesor
Pada kesempatan itu Rektor Unri bernama Sri Indarti dalam sambutannya mengungkap, selama tahun 2023 Unri mengukuhkan 24 Guru Besar. Dalam tahun ini Unri melakukan 3 kali pengukuhan Guru Besar. Yaitu pada 7 Maret pengukuhan 2 Guru Besar. Selanjutnya pada 6 Juli sebanyak 9 orang. Lalu pada 1 November sebanyak 13 orang.
“Dengan dikukuhnya pada hari ini 13 Guru Besar, maka jumlah Guru Besar Universitas Riau yang aktif hingga kini 107 orang,” beber Sri Indarti.
Rektor merinci, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan sebanyak 24 orang. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Poltik 7 orang. Fakultas Ekonomi dan Bisnis 14 orang. Fakultas Perikanan dan Kelautan 21 orang. Fakultas Pertanian 7 orang. Fakultas Teknik 15 orang. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 18 orang. Fakultas kedokteran 1 orang.
“Kita berharap pengukuhan Guru Besar hari ini juga menginspirasi dan memotivasi para akademisi yang lain untuk segera mencapai peraihan tertinggi ini. Dengan kemauan yang keras kita pasti mampu mencapai jabatan Guru Besar ini,” ucap Sri Indarti.
Dia mengingatkan, pencapaian Guru Besar ini bukan saja capaian pribadi. Sebagai seorang dosen tentu juga sebagai capaian universitas yang sangat penting.
“Dengan dikukuhkannya 13 Guru Besar pada hari ini, berarti Unri memiliki tambahan SDM (Sumber Daya Manusia, red) yang secara kapasitas teruji keilmuannya,” tegasnya.
Pujian Profesor Malaysia
Adalah Mohamad Ali Abdul Hamid, Guru Besar Universiti Selangor (Unisel) sengaja terbang dari Malaysia ke Pekanbaru, mengikuti langsung Pengukuhan Guru Besar yang berlangsung di Unri itu.
Pria yang di sini biasa disapa Prof Ali, sebagai Dosen Pembimbing dia memiliki sejumlah mahasiswa asal Unri untuk program studi strata (S)-3. Di antaranya Vince, yang kemudian dikukuhkan sebagai Guru Besar Unri.
Usai acara pengukuhan kira-kira tengah hari, Vince bersama rekan-rekannya beserta Ali dan isteri, terlihat makan bersama di salah satu restoran di Jalan Sudirman, Pekanbaru, Provinsi Riau. Mereka duduk satu meja.
Berpenampilan dengan jenggot yang seluruhnya putih yang panjangnya kira-kira ukuran sejengkal tangan dewasa, Ali tampak sederhana, memakai songkok. Sementara isterinya mengenakan cadar serba hitam.
Mengenakan kebaya, di restoran itu Vince sempat foto bersama isteri Ali yang ber-cadar. Foto berdua dalam keadaan berdiri, dengan posisi merangkul, telapak tangan Vince menempel di bahu kanan isteri Profesor. Dengan begitu, kedua Ibu yang foto bersama itu tampak akrab, meski beda negara dan kultur. Hubungan mereka dijembatani oleh sains.
Lalu, dataprosa.com yang sempat memperkenalkan diri bertanya kepada Ali, apa sih pendapat dia tentang Vince?
“Good, good, good…(baik, baik, baik…-red),” ujarnya.
Kemudian, apa pula kelebihan Vince sehingga Ali meloloskan mahasiswinya itu memperoleh gelar Doctor of Philosophy (PhD) di Universiti Selangor, Malaysia?
“Kerajinan,” kata Ali kepada dataprosa.com. Dia menyatakan, selama Vince mengikuti program studi S-3 di bawah bimbingannya, wanita berdarah Batak itu termasuk rajin. “Yang utama itu kerajinan,” ulangnya menekankan, dalam Bahasa Melayu versi Malaysia yang kental.
Kehidupan orang tua
Vince merupakan anak kedua dari enam bersaudara. Ada pun anak dari Ompu Ombas Lumban Gaol Boru Banjarnahor itu seluruhnya, yakni Si Sulung Ramses, suami dari Lenny Sinaga asal Sigarantung, Saribu Dolok; Vince selaku anak kedua bersuamikan Thuna Manalu asal Hutatinggi; ketiga Revalora Veryati isteri dari mendiang AM Siagian asal Bonan Dolok; keempat Roxmas Damesu beristrikan Ledis Banjarnahor (boru tulang/sepupu), anak kelima Junmas Kaparuli suami dari Y Boru Nababan; dan terakhir Maryani isteri dari marga Purba asal Bakara.
Ayah Vince mendiang Anggiat, Sarjana Ilmu Keuangan yang pada masanya bergelar doktorandus, merupakan alumni Institut Ilmu Keuangan (IIK) Jakarta milik Departemen (sekarang Kementerian) Keuangan.
Meski bekerja serabutan, Anggiat menamatkan Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA) di Banda Aceh sesudah Vince lahir. Selama di Banda Aceh, Anggiat bahkan pernah bekerja sebagai tukang tambal ban sepeda.
Selama di Kota Serambi Mekah itu, pindah dari Medan, ayahanda Vince berpindah-pindah tempat, menumpang di rumah penduduk lokal, etnis Aceh. Ruslan memiliki kesan tersendiri yang mendalam terhadap etnis Aceh karena keramahannya. Bahkan wanita bermarga Banjarnahor ini mengatakan dirinya sempat dijadikan anak angkat oleh pria tua yang usianya kira-kira hampir 80 tahun. Wanita berpendidikan Sekolah Rakyat (SR) atau sekarang setara Sekolah Dasar (SD) itu memang acap diminta mengawasi kebun kelapa milik Pak Tua saat dipanen dengan menggunakan jasa kera. Dia pun mendapat imbalan dari kelapa yang dipanen. Sedangkan seluruh anak Pak Tua merantau di Jakarta.
Terakhir, sebelum kembali ke Medan, keluarga Anggiat tinggal di rumah panggung milik Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP), Banda Aceh kira-kira tiga tahun.
Begitu kembali ke Medan, Anggiat berkuliah di akademi terkait ilmu keuangan milik Departemen Keuangan. Di Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara itu keluarga Lumban Gaol ini bermukim selama 4 tahun. Anggiat pun menamatkan kuliahnya dengan gelar Sarjana Muda. Selanjutnya, dia ditugaskan selaku Kepala Kas Negara, Departemen Keuangan di Bukit Tinggi, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) pada 1975, lebih dari satu tahun.
Dari Bukittinggi, oleh Pemerintah kemudian menugaskan Anggiat untuk menuntaskan pendidikan di tingkat doktoral, di Jakarta. Dia pun memboyong keluarganya dengan lima anak ke sana. Berkuliah di Institut Ilmu Keuangan (IIK) milik Departemen Keuangan yang berlokasi di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Anggiat pun menyelesaikan kuliahnya di Ibu Kota Negara pada 1979. Tak lama kemudian IIK dibubarkan.
Selama berpindah-pindah dan menempuh pendidikan, kehidupan ekonomi keluarga Lumban Gaol banyak ditopang Ruslan Banjarnahor yang berpendidikan SR.
Pindah dari Aceh ke Medan selama 4 tahun, Ruslan bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Dia pernah jualan gorengan di kaki lima, pinggir jalan, di Jalan Sukamulia, Medan. Anak-anaknya, termasuk Vince yang waktu itu masih Sekolah Dasar (SD), ikut menjajakan barang dagangan ibunya itu ke kawasan pecinan, yang tak jauh tempat Ruslan menggoreng.
Ibu dari profesor ini juga pernah beberapa lama berjualan di dekat kediamannya. Barang dagangan berupa kebutuhan harian dibeli dari pusat kota Medan pada dini hari yang waktu itu dikenal dengan Pasar (orang Medan menyebutnya “pajak” untuk “pasar”) Horas. Di dekat Pasar Horas ini memang ada bioskop “Horas.” Barang harian diboyong ke lapak dagangan di dekat rumah dari Pasar Horas dengan menggunakan becak dayung. Yang menemani Ibunda Vince dini hari ke pasar, yakni Si Sulung abangnya, Ramses.
Anggiat meninggal dunia di Pekanbaru, 17 Agustus 1982 saat bertugas di Kantor Wilayah (Kanwil) Kantor Perbendaharaan Negara (KPN) Provinsi Riau, Departemen Keuangan. Jasadnya dari Pekanbaru diboyong ke Bakara, dimakamkan di kaki bukit bernama Sosor Tangga.
Saat ayahanda meninggal, Sang Profesor baru saja diterima di Unri. Sejak saat itu, Ruslan pun kembali pontang-panting memikirkan bagaimana membiayai kebutuhan hidup dan pendidikan seluruh anaknya yang masih bersekolah. sumber keluarga/ramses lumban gaol
3,477 kali dilihat, 3 kali dilihat hari ini